Jakarta — Dunia terhenyak, Sebuah
laporan eksklusif dari Janes Intelligence Review mengungkap dugaan mengejutkan: Rusia secara resmi meminta izin kepada Indonesia untuk menempatkan pesawat pembom strategis jarak jauh Tu-95 di wilayah Papua. Jika benar, ini bisa menjadi salah satu pergeseran geopolitik terbesar di Asia Pasifik sejak Perang Dingin.
Sumber dalam lingkaran pertahanan di Jakarta, yang berbicara secara anonim kepada Janes intel, menyebutkan bahwa komunikasi “sangat serius” dari Moskow telah terjadi. Presiden Vladimir Putin disebut-sebut tengah menimbang penempatan Armada Tu-95 — sebuah pesawat legendaris berkekuatan nuklir, sebagai bagian dari unjuk kekuatan Rusia di Pasifik. Situs militer menambahkan bahwa Tu-95 bisa saja mendarat di salah satu landasan strategis di Papua dalam waktu dekat.
Kabar ini langsung mengguncang ibu kota Australia. Menteri Pertahanan Australia, dalam laporan yang bocor ke media lokal, dikabarkan "panik total" dan segera menghubungi mitranya di Jakarta dalam panggilan telepon yang berlangsung hampir satu jam.
Namun, respons Indonesia datang cepat — dan keras.
“Tidak benar. Sama sekali tidak ada rencana menempatkan pembom Rusia di Papua,” ujar pejabat tinggi Kementerian Pertahanan RI dalam sebuah konferensi pers dadakan, Indonesia tidak akan menjadi pangkalan militer bagi kekuatan manapun. Titik."
Klarifikasi ini meredakan kepanikan di Canberra, setidaknya untuk sementara. Menhan Australia akhirnya muncul di depan publik dengan wajah lega, mengaku telah menerima "jaminan tegas" dari Jakarta bahwa rencana itu “tidak ada dan tidak akan ada.”
Namun pertanyaan besar tetap menggantung:
Apakah ini hanya uji coba diplomatik Rusia — atau awal dari sesuatu yang jauh lebih besar?
Di tengah ketegangan global, satu hal semakin jelas: langit di atas Pasifik kini bukan hanya tempat awan bergulung, tapi juga bayang-bayang kekuatan besar yang saling intai. Dan Indonesia — mau tak mau — berdiri di tengahnya.
Posting Komentar